ZMedia Purwodadi

Psikologi Trading: Mengapa Untung Kecil Tak Disyukuri? Ekspektasi vs Realita

Daftar Isi

Dunia trading, dengan segala potensi keuntungannya yang menggiurkan, seringkali menjadi panggung pertarungan antara analisis teknikal, fundamental, dan yang tak kalah penting: psikologi pelaku pasar. Di antara berbagai aspek psikologis yang mewarnai aktivitas trading, ekspektasi memegang peranan krusial. Ekspektasi yang realistis dapat menjadi kompas yang membimbing trader menuju keputusan yang lebih rasional, sementara ekspektasi yang melambung tinggi justru berpotensi menjerumuskan ke dalam kekecewaan dan tindakan impulsif.

Mari kita ambil sebuah contoh sederhana. Seseorang memulai trading dengan modal awal Rp30 juta. Dalam sebuah transaksi, ia berhasil meraih keuntungan sebesar 30% dari 1% modalnya. Secara nominal, keuntungan yang didapat adalah Rp90 ribu (30% x Rp300 ribu). Namun, alih-alih merasa puas, trader ini justru merasa tidak bersyukur. Mengapa demikian?

Untuk memahami fenomena ini, kita perlu melihatnya dari berbagai sudut pandang, terutama jika dibandingkan dengan realitas penghasilan sektor lain. Seorang pengemudi ojek daring atau seorang buruh harian mungkin membutuhkan waktu seharian penuh, bahkan lebih, untuk mendapatkan penghasilan sebesar Rp90 ribu. Bagi mereka, angka tersebut bisa jadi sangat berarti untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lalu, mengapa seorang trader dengan modal besar dan keuntungan yang secara persentase cukup signifikan justru merasa hampa?

Paradoks Ekspektasi dalam Trading

Salah satu penyebab utama ketidakpuasan ini adalah ekspektasi yang tidak realistis. Seseorang yang terjun ke dunia trading seringkali terpapar oleh kisah-kisah sukses instan atau potensi keuntungan besar yang dipromosikan. Hal ini dapat membentuk ekspektasi yang jauh melampaui realitas pasar yang penuh dengan volatilitas dan ketidakpastian. Trader dengan modal Rp30 juta mungkin membayangkan keuntungan jutaan rupiah dalam waktu singkat, sehingga profit Rp90 ribu terasa kecil dan tidak signifikan.

Faktor lain yang berkontribusi adalah perbandingan sosial, khususnya dengan trader lain. Di era media sosial, sangat mudah untuk melihat orang lain memamerkan keuntungan trading yang fantastis. Hal ini dapat memicu rasa iri dan membuat trader merasa pencapaiannya sendiri tidak ada artinya, meskipun secara objektif ia telah mencatatkan profit. Fokusnya menjadi bergeser dari apa yang telah diraih menjadi apa yang “seharusnya” bisa diraih berdasarkan apa yang dilihat dari orang lain.

Selain itu, seringkali trader lebih terpaku pada potensi keuntungan yang lebih besar di masa depan daripada mengapresiasi keuntungan yang sudah ada di tangan. Mereka mungkin menyesali mengapa tidak mengambil posisi yang lebih besar atau mengapa pergerakan harga tidak sesuai dengan harapan mereka untuk mendapatkan profit yang lebih tinggi. Pikiran seperti “Seharusnya saya…” atau “Kalau saja…” mendominasi benak, menghalangi rasa syukur atas hasil yang telah dicapai.

Aspek Psikologis yang Mendasari

Beberapa aspek psikologis mendasar juga berperan dalam fenomena ini. Greed (keserakahan) dapat mendorong trader untuk selalu menginginkan lebih, tanpa pernah merasa cukup dengan apa yang sudah didapatkan. Sementara itu, Fear of Missing Out (FOMO) dapat memicu perbandingan yang tidak sehat dengan trader lain yang tampak lebih sukses. Kedua emosi ini dapat membutakan trader dari apresiasi terhadap keuntungan yang moderat namun konsisten.

Lebih lanjut, anchoring bias juga mungkin berperan. Trader mungkin terpaku pada angka keuntungan yang lebih besar yang pernah ia lihat atau harapkan, sehingga keuntungan yang lebih kecil terasa tidak memuaskan. Selain itu, loss aversion (keengganan terhadap kerugian) yang lebih kuat daripada apresiasi terhadap keuntungan dengan nilai yang sama, dapat membuat trader kurang menghargai profit kecil karena fokusnya lebih tertuju pada potensi kerugian yang mungkin terjadi.

Perbandingan dengan Realitas Penghasilan Sektor Lain

Ketika kita membandingkan keuntungan Rp90 ribu dari trading dengan penghasilan harian pekerja sektor lain, perspektif kita dapat berubah. Seorang pengemudi ojek daring di Indonesia, dengan jam kerja yang panjang dan persaingan yang ketat, mungkin hanya bisa membawa pulang penghasilan bersih antara Rp50 ribu hingga Rp150 ribu per hari, tergantung pada berbagai faktor seperti lokasi, waktu kerja, dan jumlah orderan. Demikian pula, seorang buruh harian lepas seringkali mendapatkan upah di kisaran Rp100 ribu hingga Rp200 ribu per hari, dengan pekerjaan fisik yang melelahkan dan tanpa jaminan kepastian kerja.

Dari sudut pandang ini, keuntungan Rp90 ribu dalam satu transaksi trading, yang mungkin hanya membutuhkan waktu beberapa jam atau bahkan menit, seharusnya patut disyukuri. Namun, ekspektasi yang terdistorsi oleh potensi keuntungan besar dalam trading seringkali mengaburkan realitas ini.

Membangun Pola Pikir yang Lebih Positif dan Realistis


Lantas, bagaimana cara membangun pola pikir yang lebih positif dan realistis dalam menghadapi keuntungan dan kerugian dalam trading? Berikut beberapa saran praktis:

Tetapkan Ekspektasi yang Realistis: Pahami bahwa trading adalah maraton, bukan sprint. Keuntungan besar tidak datang dalam semalam. Pelajari kinerja historis instrumen yang Anda transaksikan dan tetapkan target keuntungan yang masuk akal berdasarkan modal dan toleransi risiko Anda.

Fokus pada Proses, Bukan Hanya Hasil: Nikmati proses belajar dan bertumbuh sebagai seorang trader. Analisis yang tepat, pengelolaan risiko yang baik, dan disiplin dalam mengikuti rencana trading jauh lebih penting daripada hasil satu transaksi.

Rayakan Setiap Keuntungan: Sekecil apapun keuntungan yang Anda raih, akui dan apresiasi pencapaian tersebut. Ini akan membantu membangun mentalitas positif dan memperkuat kebiasaan trading yang baik.

Hindari Perbandingan yang Tidak Sehat: Fokus pada perjalanan trading Anda sendiri. Setiap trader memiliki modal, strategi, dan toleransi risiko yang berbeda. Jangan biarkan kesuksesan orang lain membuat Anda merasa rendah diri atau tertekan untuk mengambil risiko yang tidak perlu.

Kelola Emosi dengan Baik: Sadari dan kelola emosi seperti keserakahan dan ketakutan. Jangan biarkan emosi mendikte keputusan trading Anda. Tetaplah berpegang pada rencana trading yang telah Anda buat.

Refleksi dan Evaluasi: Setelah setiap sesi trading, luangkan waktu untuk merefleksikan apa yang berjalan dengan baik dan apa yang perlu ditingkatkan. Ini akan membantu Anda belajar dari pengalaman dan terus berkembang.

Bersyukur: Ingatlah selalu bahwa Anda memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam pasar keuangan, sebuah peluang yang tidak dimiliki oleh semua orang. Syukuri setiap keuntungan yang Anda dapatkan, sekecil apapun itu. Bandingkan diri Anda dengan diri Anda di masa lalu, bukan dengan orang lain.

Dalam dunia trading yang dinamis, keseimbangan antara ambisi untuk meraih keuntungan dan kemampuan untuk bersyukur atas apa yang telah dicapai adalah kunci keberhasilan jangka panjang.

Keuntungan sebesar Rp90 ribu dari modal kecil mungkin terlihat tidak signifikan bagi sebagian trader, namun jika dilihat dari perspektif yang lebih luas dan dengan apresiasi yang tepat, itu adalah langkah maju yang patut dirayakan. Ingatlah, konsistensi dalam meraih keuntungan kecil secara bertahap jauh lebih berharga daripada mengejar keuntungan besar yang berisiko tinggi.





Posting Komentar