ZMedia Purwodadi

Jangan Investasi Dulu Kalau Modal Masih Kecil, Ini Alasannya

Table of Contents


Di tengah maraknya ajakan untuk mulai berinvestasi "sejak dini" dan "mulai aja dulu", banyak dari kita yang merasa terdorong untuk segera menempatkan uang di saham, reksa dana, atau aset kripto, sekalipun dengan modal yang sangat terbatas. Semangat ini memang bagus, namun ada kalanya, menunda investasi justru merupakan langkah yang lebih bijak dan strategis.

Artikel ini tidak bertujuan untuk mematahkan semangat Anda, melainkan untuk memberikan perspektif yang realistis dan membangun fondasi keuangan yang lebih kokoh sebelum Anda benar-benar terjun ke dunia investasi.

Mari kita bedah beberapa alasan mengapa berinvestasi dengan modal yang terlalu kecil mungkin kurang efektif.

1. Imbal Hasil (Return) yang Kurang Signifikan

Inilah kenyataan matematis yang perlu kita terima. Investasi bekerja dengan persentase. Semakin kecil modal Anda, semakin kecil pula keuntungan absolut yang akan Anda dapatkan.

Contoh Sederhana:
Anda berinvestasi sebesar Rp 200.000. Dalam setahun, investasi Anda tumbuh sebesar 10%, yang merupakan angka yang cukup optimis. Keuntungan Anda adalah:
10% x Rp 200.000 = Rp 20.000 (sebelum dipotong biaya dan pajak).

Apakah keuntungan Rp 20.000 dalam setahun sepadan dengan waktu, tenaga, dan risiko yang Anda ambil? Bagi sebagian besar orang, jawabannya mungkin tidak. Uang tersebut bisa jadi lebih bermanfaat jika digunakan untuk keperluan lain.

2. Biaya-Biaya yang "Menggerogoti" Keuntungan Kecil

Dalam dunia investasi, ada biaya transaksi (biaya broker), biaya administrasi, hingga pajak. Biaya-biaya ini, meskipun terlihat kecil dalam persentase, dampaknya sangat besar terhadap modal yang minim.

Contoh:
Anda ingin membeli saham dengan modal Rp 200.000. Misalkan biaya beli dari sekuritas adalah 0,15%.

Biaya Beli: 0,15% x Rp 200.000 = Rp 300

Nanti saat menjual, ada biaya jual (misal 0,25%) dan pajak.

Jika keuntungan Anda hanya beberapa ribu rupiah, biaya-biaya ini bisa memakan sebagian besar atau bahkan seluruh keuntungan Anda. Hasilnya, investasi Anda tidak bertumbuh secara efektif.

3. Risiko Psikologis dan Keputusan Emosional

Ketika modal yang Anda investasikan adalah "uang panas" atau porsinya signifikan dari total tabungan Anda yang sedikit, fluktuasi pasar akan terasa sangat menakutkan.

Melihat portofolio Anda turun 10% dari Rp 10.000.000 (kerugian Rp 1.000.000) tentu terasa berbeda dengan penurunan 10% dari Rp 200.000 (kerugian Rp 20.000).

Namun, jika Rp 200.000 itu adalah satu-satunya uang "nganggur" yang Anda miliki, kerugian Rp 20.000 bisa memicu kepanikan.

Risiko terbesarnya adalah Anda membuat keputusan yang salah karena emosi, seperti menjual rugi (cut loss) terlalu cepat saat pasar sedang turun, padahal itu adalah kesempatan untuk membeli di harga murah jika Anda punya dana lebih.

Jadi, Apa yang Sebaiknya Dilakukan? Fokus pada Fondasi!

Jika menunda investasi adalah pilihan yang bijak, lalu ke mana sebaiknya uang Anda dialokasikan? Jawabannya adalah: investasikan pada fondasi keuangan Anda terlebih dahulu.

Prioritas #1: Bangun Dana Darurat
Ini adalah hal yang tidak bisa ditawar. Dana darurat adalah jaring pengaman Anda saat terjadi hal tak terduga (misalnya, perbaikan kendaraan, biaya medis, atau kehilangan pekerjaan). Tanpa dana darurat, saat ada kebutuhan mendesak, Anda akan terpaksa menjual investasi Anda di waktu yang tidak tepat, kemungkinan besar saat rugi.

Tujuannya: Kumpulkan dana setara 3 hingga 6 bulan pengeluaran rutin Anda di rekening terpisah yang mudah diakses.

Prioritas #2: Lunasi Utang Konsumtif
Jika Anda memiliki utang kartu kredit atau pinjaman online dengan bunga tinggi (misalnya 18% - 30% per tahun), melunasi utang ini adalah "investasi" dengan imbal hasil pasti yang paling tinggi.

Dengan membayar utang berbunga 20%, Anda secara efektif "mendapatkan" keuntungan 20% karena Anda tidak perlu lagi membayar bunga tersebut. Tidak ada investasi legal yang bisa menjamin imbal hasil setinggi itu.

Prioritas #3: Investasi pada Diri Sendiri (Ilmu & Keahlian)

Inilah investasi dengan Return on Investment (ROI) terbaik. Gunakan uang Anda untuk meningkatkan kapasitas diri.

Ikut kursus online untuk mendapatkan keahlian baru.

Beli buku yang relevan dengan karier Anda.

Ikut sertifikasi profesional.

Dengan modal Rp 500.000 untuk sebuah kursus, Anda bisa mendapatkan kenaikan gaji atau proyek baru senilai jutaan rupiah. Peningkatan penghasilan adalah cara tercepat untuk memperbesar modal investasi Anda di masa depan.

Bukan berarti Anda dilarang berinvestasi dengan modal kecil. Jika tujuannya adalah untuk belajar dan membiasakan diri, silakan saja. Anggap saja "uang sekolah" di pasar modal. Anda bisa mulai dengan reksa dana pasar uang atau aplikasi investasi saham yang biaya transaksinya rendah.

Namun, jika tujuan utama Anda adalah menumbuhkan kekayaan secara signifikan, maka bersabarlah sejenak. Fokuskan energi dan dana terbatas Anda untuk membangun fondasi yang kuat:

1. Miliki Dana Darurat yang Cukup.

2. Bebas dari Utang Konsumtif.

3. Tingkatkan Penghasilan Anda.

Setelah ketiganya tercapai, Anda akan berada di posisi yang jauh lebih kuat untuk berinvestasi. Modal Anda lebih besar, pikiran lebih tenang, dan keputusan yang Anda ambil akan jauh lebih rasional. Ingat, investasi adalah maraton, bukan sprint. Memulai dengan persiapan yang matang adalah kunci untuk mencapai garis finis dengan sukses.

Posting Komentar