Alasan Ekonomi Kenapa 'Investor' Absen dari Cita-Cita Anak Muda
Table of Contents
Mengapa demikian? Apakah menjadi investor tidak menarik? Tentu saja menarik. Lantas, mengapa cita-cita ini absen dari benak anak muda? Jawabannya tidak terletak pada glamor atau tidaknya sebuah profesi, melainkan pada logika ekonomi dasar yang sangat rasional dan dialami oleh setiap orang yang memulai kehidupannya.
Mari kita bedah alasannya dari kacamata ekonomi yang mudah dipahami.
1. Prioritas Utama: Kebutuhan Arus Kas (Cash Flow) di Atas Pertumbuhan Modal
Bagi seorang anak muda yang baru akan atau baru saja memasuki dunia kerja, prioritas ekonomi nomor satu adalah arus kas yang stabil dan positif setiap bulan. Dalam bahasa sehari-hari, ini disebut gaji atau upah. Uang ini dibutuhkan untuk membiayai kebutuhan primer yang tidak bisa ditunda: biaya sewa tempat tinggal, makan, transportasi, dan tagihan bulanan.
Profesi (Dokter, Insinyur, Guru): Menghasilkan arus kas aktif. Anda bekerja, Anda dibayar. Ini memberikan kepastian finansial untuk hidup dari bulan ke bulan.
Investasi: Bertujuan untuk pertumbuhan modal (capital growth). Uang yang Anda miliki diharapkan bertambah nilainya dalam jangka waktu tertentu. Proses ini tidak menghasilkan gaji bulanan yang bisa langsung digunakan untuk membayar sewa di bulan depan.
Secara ekonomi, adalah langkah yang sangat logis untuk membangun sumber arus kas yang stabil terlebih dahulu sebelum fokus pada pertumbuhan modal. Ibarat membangun bendungan, Anda harus memastikan ada aliran sungai yang masuk (gaji) sebelum bisa menampung air dalam jumlah besar untuk masa depan (investasi)
2. Aset Paling Berharga Anak Muda Bukanlah Uang, Melainkan Diri Sendiri
Ketika kita berbicara tentang "modal" untuk investasi, kita sering kali langsung berpikir tentang uang. Namun, bagi seorang anak muda, modal atau aset paling berharga yang mereka miliki adalah "modal manusia" (human capital).
Modal manusia adalah gabungan dari potensi, energi, waktu, keterampilan, dan pengetahuan yang dimiliki seseorang. Investasi paling logis dan menguntungkan di usia muda adalah berinvestasi pada diri sendiri. Contohnya:
• Menempuh pendidikan tinggi untuk mendapatkan gelar.
• Mengikuti kursus untuk menguasai keahlian spesifik (misalnya, coding, desain grafis, bahasa asing).
• Membangun jaringan profesional.
Investasi pada modal manusia ini secara langsung akan meningkatkan kapasitas mereka untuk menghasilkan arus kas (gaji) yang lebih tinggi di masa depan. Jadi, ketika seorang anak muda bercita-cita menjadi insinyur, pada dasarnya ia sedang merencanakan investasi jangka panjang pada modal manusianya untuk mendapatkan "imbal hasil" berupa gaji yang lebih tinggi dan karier yang lebih baik.
3. Persepsi Risiko dan Ketiadaan "Jaring Pengaman" Finansial
Investasi selalu mengandung risiko. Harga saham bisa turun, nilai properti bisa stagnan, dan usaha rintisan bisa gagal. Bagi seseorang yang sudah mapan dengan dana darurat yang cukup dan sumber pendapatan stabil, risiko ini dapat dikelola.
Namun, bagi seorang anak muda dengan tabungan yang terbatas, kehilangan sebagian kecil dari uangnya bisa menjadi pukulan telak. Mereka belum memiliki "jaring pengaman" finansial. Oleh karena itu, secara naluriah, mereka akan memilih jalur yang lebih pasti dan berisiko lebih rendah untuk membangun fondasi keuangan mereka, yaitu melalui sebuah profesi. Menaruh seluruh harapan pada investasi di awal kehidupan terasa seperti berjudi dengan masa depan.
4. Investor Bukan "Profesi", Melainkan "Aktivitas" atau "Hasil"
Ini adalah poin kunci. Menjadi dokter adalah sebuah profesi yang jelas: Anda belajar ilmu kedokteran, bekerja di rumah sakit, dan mengobati pasien. Sebaliknya, "investor" lebih merupakan sebuah aktivitas atau identitas yang muncul sebagai hasil dari kesuksesan finansial.
Seseorang biasanya menjadi investor setelah ia sukses dalam profesinya dan memiliki kelebihan dana untuk diinvestasikan. Jarang sekali seseorang memulai hidupnya dari nol dengan langsung menjadi investor penuh waktu tanpa modal atau sumber pendapatan lain.
Jadi, urutan yang paling umum dan rasional adalah:
Bercita-cita menjadi [Profesimu] -> Bekerja & Berhasil -> Mendapatkan Kelebihan Dana -> Menjadi Investor.
Investor adalah peran yang Anda mainkan dengan uang Anda, bukan pekerjaan pertama yang Anda lamar setelah lulus.
Tidak munculnya "investor" sebagai cita-cita anak muda bukanlah sebuah masalah atau pertanda kurangnya minat pada keuangan. Sebaliknya, ini adalah cerminan dari pemahaman ekonomi yang rasional dan intuitif. Prioritas mereka adalah membangun fondasi yang kokoh melalui pekerjaan yang menghasilkan arus kas stabil.
Tantangan sebenarnya bukanlah membuat anak-anak bercita-cita menjadi investor, melainkan mendidik mereka agar menjadikan investasi sebagai kebiasaan finansial yang penting, apa pun profesi yang mereka pilih nanti.
Cita-cita menjadi dokter, seniman, atau pengusaha adalah tujuan mulia untuk membangun modal manusia. Tugas kita bersama adalah membekali mereka dengan pengetahuan bahwa setelah tujuan itu tercapai, langkah selanjutnya adalah membuat uang hasil kerja keras mereka bekerja kembali untuk mereka. Dengan begitu, menjadi investor bukanlah lagi sekadar cita-cita yang jauh, melainkan sebuah langkah cerdas dalam perjalanan finansial setiap orang.
Posting Komentar