ZMedia Purwodadi

Penyebab Industri AI Membutuhkan Banyak Air Dibandingkan Penambangan Crypto

Table of Contents

Selama ini, kita mengenal Kecerdasan Buatan (AI) sebagai teknologi "awan" (cloud) yang tidak berwujud fisik. Namun, di balik kemampuannya menjawab pertanyaan rumit atau membuat gambar indah, terdapat infrastruktur fisik raksasa yang memiliki kebutuhan biologis dasar yang mengejutkan: Air.

Baru-baru ini, laporan lingkungan dari raksasa teknologi menunjukkan peningkatan konsumsi air yang signifikan seiring dengan perlombaan pengembangan AI. Mengapa hal ini bisa terjadi, dan apa bedanya dengan konsumsi air pada penambangan crypto?

Mengapa AI Membutuhkan Air?

Penyebab utamanya adalah panas.

Bayangkan Anda menggunakan laptop untuk tugas berat selama berjam-jam; laptop tersebut pasti akan terasa panas. Sekarang, bayangkan ribuan komputer super canggih (server) yang bekerja secara bersamaan di dalam satu gedung besar bernama Pusat Data (Data Center).

Server-server ini bertugas melatih model AI (seperti ChatGPT atau Gemini) yang memproses triliunan data. Proses ini menghasilkan suhu panas yang luar biasa. Jika suhu tidak dikendalikan, komponen elektronik di dalamnya akan rusak atau terbakar.


Bagaimana Cara Air "Mendinginkan" AI?

Ada dua cara utama bagaimana industri AI mengonsumsi air:

  1. Pendinginan Langsung (Evaporasi): Banyak pusat data menggunakan sistem pendingin berbasis air (menara pendingin). Air dialirkan untuk menyerap panas dari server, kemudian air yang sudah panas tersebut diuapkan ke udara. Proses penguapan inilah yang membuang panas keluar gedung. Artinya, liter demi liter air hilang menjadi uap demi menjaga mesin tetap dingin.

  2. Pendinginan Tidak Langsung (Listrik): AI membutuhkan listrik dalam jumlah masif. Pembangkit listrik (terutama PLTA atau pembangkit termal) membutuhkan air dalam jumlah besar untuk memutar turbin atau sebagai pendingin internal mereka.

Tahukah Anda? Sebuah penelitian memperkirakan bahwa setiap kali Anda melakukan percakapan berisi 5 hingga 50 pertanyaan dengan AI, teknologi tersebut secara tidak langsung "meminum" sekitar 500ml air (setara satu botol air mineral) untuk mendinginkan servernya.


AI vs. Crypto Mining: Mengapa AI Lebih "Haus"?

Mungkin Anda bertanya, "Bukankah penambangan crypto (seperti Bitcoin) juga menggunakan banyak energi?" Jawabannya benar, tapi ada perbedaan mendasar dalam cara mereka menggunakan air:

1. Konsentrasi Panas

Penambangan crypto memang sangat boros listrik, tetapi perangkat tambangnya (rig) sering kali tersebar di banyak lokasi atau menggunakan sistem pendingin udara (kipas angin besar) yang tidak terlalu bergantung pada air secara langsung. Sebaliknya, pelatihan AI memerlukan ribuan GPU (prosesor grafis) yang dikelompokkan sangat padat di satu titik. Kepadatan panas yang sangat tinggi ini tidak cukup jika hanya didinginkan dengan udara; mereka butuh bantuan air agar lebih efektif.

2. Lokasi dan Efisiensi

Banyak tambang crypto ditempatkan di daerah dingin agar bisa menghemat pendinginan. Sementara itu, pusat data AI seringkali harus berada dekat dengan pusat bisnis atau kota besar untuk menjaga kecepatan akses data (low latency). Di lingkungan kota yang lebih hangat, penggunaan air menjadi satu-satunya cara paling efisien untuk membuang panas.

3. Konsumsi Listrik vs. Konsumsi Air

Penambangan Bitcoin lebih banyak dikritik karena jejak karbon (penggunaan listrik), sedangkan AI kini mulai dikritik karena jejak air-nya. AI tidak hanya memakan listrik, tetapi juga secara aktif mengambil jutaan liter air bersih dari sumber lokal untuk sistem pendingin penguapan mereka.

Kesimpulan

Industri AI yang sedang meledak membawa tantangan baru bagi lingkungan. Air bukan lagi sekadar kebutuhan manusia, tapi telah menjadi "darah" yang menjaga otak digital dunia tetap berfungsi.

Kabar baiknya, perusahaan teknologi besar kini mulai mencari solusi, seperti menggunakan sistem pendingin sirkulasi tertutup (air yang digunakan tidak dibuang/diuapkan) atau memindahkan pusat data ke bawah laut dan wilayah kutub. Memahami bahwa setiap klik kita memiliki dampak pada sumber daya alam adalah langkah pertama menuju penggunaan teknologi yang lebih bijak.

Posting Komentar